Kamis, 26 Juni 2014

Rahasia Paving Kuat dan Tahan Lama

PAVING Specialis di sidoarjo

Paving adalah salah satu material perkerasan atau penutup permukaan tanah yang biasa dipasang di  carport atau halaman belakang rumah. Karena harus mampu menahan beban yang ada di atasnya, maka  pemasangan paving harus kuat dan rapi. Bila tidak, paving akan mudah terlepas atau permukaannya  menjadi tidak rata lantaran sebagian tanah di bagian bawahnya turun atau bergeser.
Setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan saat pemasangan paving, yaitu pengisi celah dan  fondasi di sekeliling paving.

Pasir Pengisi Celah
Paving termasuk konstruksi  fleksibel. Hubungan antarpaving tidak membutuhkan bahan ikat, melainkan cukup menggunakan pasir.  Material seperti ini sering juga disebut dengan istilah unbond material. Lebar celah antarpaving  sebaiknya sekitar 2-4 milimeter. Ukuran celah yang terlalu lebar akan menyebabkan pasir pengisi  mudah keluar (shucking) dan paving bergeser.

Idealnya, pasir yang digunakan untuk  mengisi celah antarpaving memiliki butiran pasir yang tajam (lolos ayakan 2,4 milimeter), kadar air  maksimal sekitar 5 persen, dan kadar lumpur maksimal 10 persen. Hal ini bertujuan agar air yang  mengalir di atasnya bisa meresap ke dalam tanah.

Usahakan pasir ini hanya mengisi 1/2  dari ketebalan paving. Jangan sampai pasir mengisi hingga ke dasar tanah. Rongga sisanya diisi oleh  pasir yang digunakan sebagai alas peletakan paving (lihat gambar: ketinggian pasir).
Pasir yang digunakan sebagai alas peletakan memiliki persyaratan yang hampir sama dengan pasir  untuk pengisi celah. Hanya saja, butiran pasirnya maksimal lolos ayakan 9,6 milimeter.
Bingkai sebagai fondasi
Di samping rekatan pada sambungan paving, kekuatan paving juga  dipengaruhi kondisi tanah sebagai alas peletakannya. Perubahan dan pergerakan struktur tanah bisa  menyebabkan paving bergeser sehingga permukaan paving tidak rata satu dengan yang lain.
Dalam fungsinya, paving harus mampu menahan gaya horizontal dan gaya vertikal; keduanya  disalurkan langsung ke dalam tanah. Gaya vertikal biasanya terjadi berkaitan dengan naik turunnya  paving setelah dipasang. Salah satunya disebabkan tanah bagian bawah mengalami penurunan atau  pergeseran.

Idealnya, lapisan permukaan tanah harus keras dan padat supaya paving  mampu menahan beban sehingga tidak melendut ke bawah. Hanya saja, bila fungsi perkerasan ini untuk  jalan setapak di taman, paving bisa langsung diletakkan pada tanah yang tidak terlalu padat asalkan  permukaannya rata.

Sedangkan gaya horizontal disebabkan karena adanya tekanan dari  atas yang dapat mendorong paving bergeser. Untuk menahan gaya horizontal, paving-paving ini perlu  diberi pondasi sebagai “bingkai” sehingga seolah-olah bagian sisi terluar paving dikelilingi oleh  pondasi ini. Permukaan pondasi ini rata dengan permukaan paving.

Dengan adanya  fondasi yang mengelilingi ini, paving dapat ditahan secara horizontal bila ada desakan dari atas  atau samping kiri/kanan. Fondasi bingkai ini dapat dibuat dari beton pracetak atau dari pasangan  bata yang diplester.

Nah, dengan memerhatikan dua hal tersebut diharapkan paving  dapat terpasang rapi dan kuat.

Penulis: Rita Laksmitasari
Dosen Luar Biasa  Teknik Arsitektur Universitas Trisakti, Jakarta

Sumber : Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar